Makassar - Nenek Pakande adalah salah satu cerita rakyat yang populer di masyarakat Sulawesi Selatan, khususnya suku Bugis. Dalam cerita rakyat Bugis, Nenek Pakande digambarkan sebagai sosok nenek tua yang suka memakan atau memangsa anak-anak. Kata Pakande berasal dari kata "manre' yang artinya makan.
Adat Bugis Bone merupakan salah satu budaya yang diwariskan oleh nenek moyang Bangsa Bugis Bone di Sulawesi Selatan. Budaya yang kaya akan nilai kearifan lokal ini dipenuhi dengan berbagai upacara adat yang masih dilestarikan hingga saat ini.Versi keempat berdasarkan cerita rakyat bahwa nama Samarinda berasal dari bahasa Melayu dari kata "samar" dan "indah". Tahun 1880 La Makkaroe Daeng Masikki, seorang Bugis Bone, dihikayatkan membuka pemukiman di Kampung Jawa. Sementara itu, orang-orang Banjar tidak membentuk kampung khusus Banjar karena penyebaran mereka merata di
Pengamalan secara aplikasi-implementatif pangaderrang sebagai falsafah hidup orang Bugis, memiliki 4 (empat) asas sekaligus pilar yakni: (1) Asas mappasilasae, yakni memanifestasikan ade' bagi keserasian hidup dalam bersikap dan bertingkah laku memperlakukan diri-nya dalam pangaderrang; (2) Mappasisaue, yakni diwujudkan sebagai manifestasi ade' untuk menimpahkan deraan pada tiap pelanggaran
Nenek Pakande merupakan cerita rakyat yang terkenal di kalangan suku Bugis. Namun, dalam cerita rakyat Bugis ini, Nenek Pakande digambarkan sebagai sosok yang suka memakan atau memangsa anak-anak. Nenek Pakande, yang namanya berasal dari kata "manre'" yang berarti "makan", digambarkan sebagai "si tukang makan". EbBUQj.